Welcome to My Blog



Do’a seorang muslim untuk saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan).Di sisinya ada malaikat yang bertugas.Setiap kali dia mendo'akan kebaikan untuk saudaranya,malaikat tersebut berkata : "Aamiin, dan engkau akan mendapatkan yang sama dengannya." [HR. Muslim 2733] Dengan mendo'akan kebaikan untuk saya,Insyaa Allah Anda akan mendapat kebaikan yang sama.

Senin, 25 November 2013


  1. Kesempurnaan seseorang adalah jika dirinya sempurna dan menyebabkan orang lain sempurna. Kesempurnaan itu dicapai dengan cara meningkatkan kualitas potensi ilmiah dan amaliahnya. Kebaikan kualitas ilmiah seseorang dengan iman, sedangkan kualitas kekuatan amaliah dengan amal saleh. Adapun menyempunakan orang lain adalah mengajarnya dengan penuh kesabaran dan mewasiatkan kepada orang tersebut untuk bersabar dalam mencari ilmu dan beramal. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)
  2. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku adalah seperti air hujan yang jatuh ke tanah. Di antara tanah tersebut ada yang baik menerima air, maka tumbuhlah darinya rerumputan dan pepohonan. Dan tanah itu ada yang keras yang menghimpun air, sehingga dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia, yaitu untuk minum, memberi minum ternak, dan bercocok tanam. Dari tanah itu ada juga yang berupa rawa, tidak menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Demikianlah perumpamaan orang-orang dihadapan agama yang diturunkan Allah SWT. Diantara mereka ada yang memahaminya, maka Allah memberikan manfaat kepadanya sehingga dia tahu dan mengamalkannya. Ada juga orang yang tidak peduli kepada agama tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah SWT, yang dengannya aku diutus."(HR Bukhari dan Muslim).
  3. Rasulullah saw. membagi manusia menjadi empat bagian. Pertama, orang-orang yang beriman dan selalu membaca Al-Qur'an. Mereka ini adalah orang-orang yang terbaik. Kedua, orang-orang beriman namun tidak membaca Al-Qur'an. Mereka ini di bawah tingkatan golongan pertama. Kedua golongan ini adalah orang-orang yang berbahagia.  
  4. Dan Rasulullah saw. membagi orang-orang menderita menjadi dua golongan.  Pertama, orang-orang yang membaca Al-Qur'an tanpa keimanan. Mereka adalah orang  munafik. Kedua, orang-orang yang tidak beriman dan tidak mendapatkan cahaya Al- Qur'an.
  5. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah atrujah (limau), rasanya enak dan baunya harum. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah kurma, rasanya enak namun tidak memiliki aroma. Dan, perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti tumbuhan wangi-wangian, baunya harum namun pahit rasanya. Sedangkan, perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah Hanzhalah (sejenis labu), rasanya pahit dan tidak berbau." (HR Bukhari dan Muslim)
  6. Kebutuhan hamba terhadap ilmu adalah ibarat kebutuhan tanah terhadap air hujan. Seandainya mereka tidak memiliki ilmu, maka mereka sama dengan tanah yang tidak tersiram air hujan.
  7. Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Orang-orang lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman. Karena dalam sehari mereka membutuhkan makanan dan minuman sekali atau dua kali, sedangkan mereka membutuhkan ilmu dalam setiap hembusan nafas."
  8. Allah menyerupakan ilmu yang diturunkan kepada Rasul-Nya dengan air yang diturunkan dari langit, karena masing-masing dari keduanya memberikan kehidupan dan kebaikan kepada seluruh manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat. Kemudian Allah SWT menyerupakan hati manusia dengan lembah. Hati yang lapang mampu menampung banyak ilmu, bagaikan sebuah lembah lebar yang menampung air yang melimpah. Sedangkan, hati yang sempit menampung sedikit ilmu seperti lembah kecil yang hanya menampung sedikit air. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)  
  9. Rasulullah saw. bersabda,"Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang-orang yang mengikuti mereka tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang mengikutinya dan hal itu tidak mengurangi dosa mereka sama sekali." (HR Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi)
  10. "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat, seluruh makhluk yang di langit dan di bumi, hingga semut di lubangnya dan ikan paus di dalam laut bersalawat kepada para pengajar kebaikan." (HR Tirmidzi)
  11. Ibnu Abbas berkata, "Ada dua jenis ulama dari umat ini. Pertama, seseorang yang dikaruniai ilmu pengetahuan, lalu ia mengajarkannya kepada umat manusia tanpa mengambil bayaran dari ilmunya tersebut dan tidak menjualnya dengan apa pun. Merekalah yang mendapatkan doa dari burung yang terbang di langit, ikan paus di dalam laut, binatang melata yang merangkak di permukaan bumi, dan para malaikat pencatat amal. Kedua, seseorang yang diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT, dan ia tidak mengajarkannya kepada hamba-hamba-Nya melainkan dengan mengambil pemberian atas apa yang ia ajarkan, dan ia menjual ilmunya tersebut. Maka, pada hari kiamat orang jenis kedua ini akan berjalan dalam keadaan terikat oleh tali dari neraka.
  12. Al-Walid bin Muslim meriwayatkan dari Khalid bin Yazid, dari Usman bin Aiman, dari Abu Darda' bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang pergi untuk mencari ilmu maka Allah SWT membukakan kepadanya jalan menuju surga dan para malaikat pun membentangkan sayap untuk menaunginya. Dan para malaikat di langit serta ikan paus di laut bershalawat untuknya. Keutamaan seorang ulama atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas semua bintang. Ulama adalah pewaris para nabi, para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu, maka dia telah mendapatkan bagian yang banyak (dari warisan itu). Kematian seorang ulama merupakan musibah yang tidak bisa diobati, lubang yang tidak dapat disumbat, dan bintang yang hancur. Kematian satu kabilah lebih ringan daripada kematian seorang alim." (HR Baihaqi) 
  13. Tegaknya agama adalah karena ditopang, dihias, dan diterangi oleh para ulama dan ahli ibadah. Apabila para ulama dan ahli ibadahnya hilang, maka hilanglah agama, sebagaimana langit yang dihias dan diterangi oleh bulan dan bintang-gemintang. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)  
  14.  Manfaat ilmu dan agama yang dimiliki seseorang lalu diajarkan kepada orang lain adalah kekal. Apabila terputus dari pemiliknya, maka kebaikannya akan tetap sampai kepada pemiliknya untuk selamanya, sedangkan hal-hal lainnya akan hilang dan sia-sia. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)

Rabu, 10 Juli 2013



Orang yang beriman mengatur seluruh hidupnya sesuai dengan Al Qur’an dan berjuang untuk melaksanakan dengan hati-hati setiap hari apa yang telah dia baca dan pelajari dari ayat-ayat Al Qur’an. Dalam segala perbuatannya sejak bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari, dia berniat untuk berpikir, berbicara, dan bertindak berdasarkan ajaran Al Qur’an. Allah menunjukkan dalam Al Qur’an bahwa pengabdian seperti ini menjadi ciri utama seluruh kehidupan orang beriman. (Harun Yahya)

Seringkali kita merasa enggan untuk melakukan pekerjaan padahal pekerjaan itu bermanfaat dan berpahala. Sebaliknya seringkali kita melakukan pekerjaan dengan senang dan bersemangat padahal pekerjaan itu tidak ada manfaatnya bahkan mungkin mengundang dosa.

Pekerjaan yang baik dan berpahala biasanya terasa begitu berat untuk dilakukan, sedangkan pekerjaan yang sia-sia biasanya begitu ringan untuk dilakukan.

Kata seorang ulama: Sekecil apapun harta yang dibelanjakan di jalan yang tidak diridhoi Allah termasuk mubadzir (pemborosan), sebaliknya sebesar apapun/bahkan sampai habis sekalipun harta yang dibelanjakan di jalan yang diridhoi Allah tidak termasuk kepada pemborosan. Allahu ‘alam.


“Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak pula amal besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Ibnu Rajab dalam Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, ”Tahun ibarat sebatang pohon sedangkan bulan-bulan adalah cabang-cabangnya, jam-jam adalah daun-daunnya dan hembusan nafas adalah buah-buahannya. Barang siapa yang pohonnya tumbuh di atas kemaksiatan maka buah yang dihasilkannya adalah hanzhal (buah yang pahit dan tidak enak dipandang, pent) sedangkan masa untuk memanen itu semua adalah ketika datangnya Yaumul Ma’aad (kari kiamat).

Sesungguhnya cinta yang hakiki dan membuahkan hasil adalah cinta yang tetap tegar menghadapi berbagai hambatan, tantangan, dan gangguan. Sedangkan, cinta yang mensyaratkan (menuntut) kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan, dan terpenuhinya keinginan sang pencinta dari yang dicinta, maka ini bukanlah cinta yang sejati. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)
Orang yang tersesat di dunia ini, maka dia akan lebih tersesat lagi di akhirat nanti. Sedangkan, penderitaan di dunia ini tidak akan terjadi JIKA IA TIDAK TERSESAT di dunia dan mengikuti petunjuk-Nya. Petunjuk tersebut terwujud bagi mereka yang mempunyai keyakinan yang kokoh, hati yang tenang, dan iman yang hakiki. Sehingga, ia merasakan manisnya iman, dan memperoleh kebahagiaan, kegembiraan serta kenikmatan dengan iman tersebut. Adapun hati yang selalu disirami dengan nur keimanan, maka ia akan bercahaya dan menjadi teguh, karena semua itu ibarat makanan, minuman dan obat penawar, bahkan kehidupan baginya. Apabila hati telah dipenuhi oleh semua yang dibutuhkan, maka ia memperoleh kebahagiaan yang paling tinggi, kebaikan yang paling agung, dan kelezatan yang paling besar. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)
Orang yang melakukan amal saleh pasti memperoleh kehidupan yang baik sesuai dengan keimanan dan amal perbuatannya. Sedangkan, orang-orang yang berjiwa kerdil dan bodoh, pasti keliru dalam memahami kehidupan ini. Mereka menyangka bahwa kehidupan di dunia ini hanya untuk bersenang-senang dengan makanan, minuman, pakaian, hubungan badan, jabatan, harta dan kebanggaan menaklukkan musuh, yang semua itu hanyalah tuntutan syahwat belaka. Padahal tidak ada bedanya antara manusia dengan binatang dalam semua itu, bahkan bisa jadi "jatah" untuk binatang lebih banyak daripada bagi manusia dalam hal-hal tersebut. Karenanya, orang yang hanya menyukai dan merasa bahagia dengan hal-hal yang juga disenangi oleh binatang, maka mereka itulah orang-orang yang merugi, yang tidak akan mendengar seruan para rasul. (Ibnul Qayyim Al-Jawziyyah)
Ustad Yusuf Mansur: “Jagalah anak-anak kita dari tanggal-tanggal yang rawan”. Tanggal yang dimaksud tersebut adalah 1 Januari (Tahun Baru) dan 14 Februari (Hari Valentine). Pada tanggal tersebut banyak umat Islam yang tergeleincir imannya serta tergelincir kepada perbuatan maksiat dan sia-sia (mubadzir).