Orang yang beriman mengatur
seluruh hidupnya sesuai dengan Al Qur’an dan berjuang untuk melaksanakan dengan
hati-hati setiap hari apa yang telah dia baca dan pelajari dari ayat-ayat Al
Qur’an. Dalam segala perbuatannya sejak bangun di pagi hari sampai tidur di
malam hari, dia berniat untuk berpikir, berbicara, dan bertindak berdasarkan
ajaran Al Qur’an. Allah menunjukkan dalam Al Qur’an bahwa pengabdian seperti
ini menjadi ciri utama seluruh kehidupan orang beriman. (Harun Yahya)
Seringkali kita merasa enggan untuk melakukan pekerjaan
padahal pekerjaan itu bermanfaat dan berpahala. Sebaliknya seringkali kita
melakukan pekerjaan dengan senang dan bersemangat padahal pekerjaan itu tidak
ada manfaatnya bahkan mungkin mengundang dosa.
Pekerjaan yang baik dan berpahala biasanya terasa begitu
berat untuk dilakukan, sedangkan pekerjaan yang sia-sia biasanya begitu ringan
untuk dilakukan.
Kata seorang ulama: Sekecil apapun harta yang
dibelanjakan di jalan yang tidak diridhoi Allah termasuk mubadzir (pemborosan),
sebaliknya sebesar apapun/bahkan sampai habis sekalipun harta yang dibelanjakan
di jalan yang diridhoi Allah tidak termasuk kepada pemborosan. Allahu ‘alam.
“Betapa banyak amal
kecil menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak pula amal besar menjadi
kecil gara-gara niat.” (Ibnu Rajab dalam Jami’
al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19)
Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan, ”Tahun ibarat sebatang pohon sedangkan bulan-bulan adalah
cabang-cabangnya, jam-jam adalah daun-daunnya dan hembusan nafas adalah
buah-buahannya. Barang siapa yang pohonnya tumbuh di atas kemaksiatan maka
buah yang dihasilkannya adalah hanzhal (buah yang pahit dan tidak enak
dipandang, pent) sedangkan masa untuk memanen itu semua adalah ketika datangnya
Yaumul Ma’aad (kari kiamat).
Sesungguhnya cinta yang hakiki dan membuahkan hasil adalah cinta yang tetap tegar menghadapi berbagai hambatan, tantangan, dan gangguan. Sedangkan, cinta yang mensyaratkan (menuntut) kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan, dan terpenuhinya keinginan sang pencinta dari yang dicinta, maka ini bukanlah cinta yang sejati.
Orang yang tersesat di dunia ini, maka dia akan lebih tersesat lagi di akhirat nanti. Sedangkan, penderitaan di dunia ini tidak akan terjadi JIKA IA TIDAK TERSESAT di dunia dan mengikuti petunjuk-Nya. Petunjuk tersebut terwujud bagi mereka yang mempunyai keyakinan yang kokoh, hati yang tenang, dan iman yang hakiki. Sehingga, ia merasakan manisnya iman, dan memperoleh kebahagiaan, kegembiraan serta kenikmatan dengan iman tersebut. Adapun hati yang selalu disirami dengan nur keimanan, maka ia akan bercahaya dan menjadi teguh, karena semua itu ibarat makanan, minuman dan obat penawar, bahkan kehidupan baginya. Apabila hati telah dipenuhi oleh semua yang dibutuhkan, maka ia memperoleh kebahagiaan yang paling tinggi, kebaikan yang paling agung, dan kelezatan yang paling besar.
Orang yang melakukan amal saleh pasti memperoleh kehidupan yang baik sesuai dengan keimanan dan amal perbuatannya. Sedangkan, orang-orang yang berjiwa kerdil dan bodoh, pasti keliru dalam memahami kehidupan ini. Mereka menyangka bahwa kehidupan di dunia ini hanya untuk bersenang-senang dengan makanan, minuman, pakaian, hubungan badan, jabatan, harta dan kebanggaan menaklukkan musuh, yang semua itu hanyalah tuntutan syahwat belaka. Padahal tidak ada bedanya antara manusia dengan binatang dalam semua itu, bahkan bisa jadi "jatah" untuk binatang lebih banyak daripada bagi manusia dalam hal-hal tersebut. Karenanya, orang yang hanya menyukai dan merasa bahagia dengan hal-hal yang juga disenangi oleh binatang, maka mereka itulah orang-orang yang merugi, yang tidak akan mendengar seruan para rasul.
Ustad Yusuf Mansur: “Jagalah anak-anak kita dari
tanggal-tanggal yang rawan”. Tanggal yang dimaksud tersebut adalah 1 Januari
(Tahun Baru) dan 14 Februari (Hari Valentine). Pada tanggal tersebut banyak
umat Islam yang tergeleincir imannya serta tergelincir kepada perbuatan maksiat
dan sia-sia (mubadzir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar